Bahaya Suplemen Vitamin yang dikonsumsi oleh banyak orang belum diketahuinya. Dibalik manfaat suplemen vitamin ternyata banyak bahaya dibalik itu semua.
Banyak orang yang memilih mengonsumsi vitamin, mineral atau suplemen
diet tertentu karena ketiganya dianggap sebagai salah satu cara aman
agar Anda tetap fit. Namun suplemen semacam ini ternyata tak seaman yang
Anda bayangkan.
Majalah Consumer Reports pun menggelar
investigasi melalui wawancara, tinjauan sejumlah studi dan menganalisis
beberapa efek samping suplemen vitamin yang dilaporkan pada FDA AS. Dari
keseluruhan data tersebut, Consumer Reports pun menemukan 10 bahaya
tersembunyi yang ada pada vitamin, mineral atau suplemen lainnya yang
juga bisa Anda simak seperti dilansir dari cbsnews, Jumat (3/8/2012) berikut ini.
1. Suplemen itu bukannya bebas risiko
Menurut
Consumer Reports, FDA mendapatkan laporan 6.300 orang yang mengalami
efek samping serius berkaitan dengan penggunaan suplemen diet antara
tahun 2007 hingga bulan April 2012. Selain itu ada 10.300 kasus efek
samping serius, 2.100 kasus pengguna yang harus diopname, 1.000 kasus
cedera atau menderita penyakit serius, 900 kasus pengguna masuk UGD dan
115 kasus meninggal dunia akibat penggunaan suplemen.
Meski
begitu untuk menanggapi laporan ini, FDA tak serta-merta menarik
sejumlah suplemen dari pasaran. Untuk sementara, FDA telah melarang
penggunaan satu bahan suplemen yaitu ephedrine alkaloid yang diketahui
berimplikasi terhadap sejumlah dampak yang merugikan, termasuk kematian.
Solusi:
Bukalah
situs FDA dan ketik nama suplemen yang sedang Anda konsumsi untuk
mengetahui apakah suplemen itu mendapatkan peringatan dari FDA atau
telah ditarik dari pasaran. Namun bagi orang-orang yang sudah terlanjur
mendapatkan reaksi negatif dari suplemen sebaiknya segera menemui dokter
dan melaporkan kasus itu pada FDA.
2. Sejumlah suplemen itu sebenarnya obat resep
Sejak 2008, FDA telah menarik sekitar 400 produk suplemen dari pasaran, sebagian besar merupakan produk untuk bodybuilding (pembentukan otot), penurunan berat badan dan peningkatkan performa seksual.
Banyak
dari produk yang ditarik itu mengandung bahan aktif yang sama dengan
obat-obatan yang diresepkan seperti sildenafil (Viagra) dan sibutramine
(obat penurun berat badan Meridia yang ditarik dari pasar pada 2010
karena menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke). FDA pun telah
menerima laporan adanya kasus gagal ginjal, pembekuan darah dalam
paru-paru serta kematian yang dikaitkan dengan suplemen yang telah
terkontaminasi dengan bahan obat-obatan.
"Produk penambah
performa seksual palsu biasanya diklaim bisa berfungsi selama 20-45
menit. Ketika Anda mengetahui ada produk yang membuat klaim seperti itu
dan melebihi kemampuan suplemen diet pada umumnya maka bisa jadi produk
ini palsu," ungkap Dr. Dana Fabriucant, direktur divisi program suplemen
diet FDA.
Solusi:
Ingin menurunkan berat badan? Cobalah diet
dan olahraga. Ingin punya badan berotot? Cobalah latihan berat dan bagi
mereka yang mengalami masalah di ranjang, berkonsultasilah ke dokter
karena kondisi ini bisa saja disebabkan masalah kesehatan seperti
diabetes, tekanan darah tinggi atau gangguan ginjal.
3. Anda bisa saja overdosis vitamin
Hanya
karena ini suplemen, bukan berarti Anda tak bisa mengalami overdosis.
Vitamin A, D, E dan K dalam dosis besar dapat menyebabkan masalah
kesehatan dan bisa mengganggu konsumsi obat-obatan resep pada seseorang.
Terlalu
banyak vitamin A (dalam bentuk retinol) bisa menyebabkan gagal hati
atau bahkan kematian, sedangkan pada wanita hamil akan berisiko cacat
lahir. Selain itu, kebanyakan asupan vitamin D mengakibatkan penurunan
berat badan yang tidak sehat, nyeri tulang, muntah, diare dan masalah
otot.
Overdosis vitamin E bisa meningkatkan risiko pendarahan,
terutama bagi orang-orang yang tengah mengonsumsi obat pengencer darah
sedangkan terlalu banyak vitamin K juga berbahaya karena bisa
mendatangkan penyakit hati atau ginjal. Overdosis zat besi dari suplemen
juga merusak fungsi organ dan menyebabkan kematian jika tidak diobati.
Lagipula
sebenarnya tidak sulit untuk meminum suplemen melebihi dosis yang
direkomendasikan. Misalnya, seorang wanita yang mengkhawatirkan kondisi
tulangnya bisa jadi mengonsumsi suplemen kalsium, minum multivitamin
yang mengandung kalsium dan makan sereal yang diperkaya kalsium dengan
susu sekaligus. Dengan pola seperti ini maka wanita itu akan cepat
mencapai batasan kalsium harian yaitu 2.000 miligram. Padahal terlalu
banyak kalsium dalam tubuh bisa menyebabkan batu ginjal.
Solusi:
Jumlahkan
seluruh paparan suplemen harian total Anda, mulai dari makanan hingga
vitamin lalu cek asupan harian yang direkomendasikan untuk Anda agar
bisa dipastikan Anda tak mengonsumsi nutrisi terlalu banyak.
4. Anda tak bisa bergantung pada label peringatan
Suplemen
yang mengandung zat besi harus memberi peringatan pada labelnya karena
suplemen ini bisa berisiko menyebabkan keracunan fatal pada anak-anak,
namun FDA menganggap suplemen tak perlu diberi label. Meski begitu,
sejumlah perusahaan memilih untuk tetap menempelkannya pada kemasan
suplemen.
Consumer Reports meninjau beberapa label dari 14 jenis
suplemen yang terdiri dari 233 produk dari sejumlah toko di New York
City dan menemukan banyak inkonsistensi. Beberapa suplemen memberikan
peringatan jika Anda pernah mengidap kondisi medis tertentu sebelumnya
namun tidak memberikan keterangan spesifik tentang kondisi medis yang
dimaksud. Label suplemen lain menyebutkan adanya efek samping yang
mungkin terjadi tanpa memberikan detail efek samping seperti apa.
Solusi:
Jika
Anda tengah minum obat-obatan yang diresepkan, pastikan dokter atau
farmasis Anda tahu apa suplemen yang Anda tengah konsumsi atau ingin
Anda konsumsi.
5. Tak ada buktinya vitamin bisa sembuhkan penyakit
Jauhi
suplemen diet yang mengklaim bisa mengobati penyakit berat karena hal
ini tidak diperbolehkan oleh FDA. "Kami tak ingin melihat adanya hal-hal
semacam ini karena itu sama halnya dengan memberikan ancaman langsung
terhadap kesehatan masyarakat," kata Fabricant.
Bahkan beberapa
dekade yang lalu, partner FDA, Federal Trade Commission pernah menggugat
lebih dari 100 jenis suplemen yang membuat klaim tentang efektivitas
suplemen seperti ini.
Solusi:
Kunjungi situs terpercaya dari
pemerintah seperti FDA; Office of Dietary Suppplements, National
Institutes of Health; dan National Center for Complementary and
Alternative Medicine ketika Anda ingin mencari tahu sejumlah keterangan
tentang suplemen yang Anda ingin konsumsi.
6. Hati-hati membeli suplemen dari toko obat herbal
Ketika
Consumer Reports mengunjungi sejumlah toko obat herbal di New York dan
meminta saran obat untuk diabetes, tekanan darah tinggi dan impotensi,
penjaga toko menawarkan berbagai jenis obat herbal dan instruksinya.
Namun mereka tidak memberikan informasi terkait efek samping atau risiko
dari obat herbal tersebut.
Ketika sejumlah obat herbal yang
direkomendasikan penjaga toko dianalisis, ilmuwan tak menemukan adanya
bukti kemanjuran atau keamanan obat herbal tersebut. Para pakar juga
mempertanyakan rantai suplai yang digunakan oleh sejumlah toko untuk
memperoleh bahan-bahan herbal tersebut karena diduga tak memenuhi
standar industri.
Solusi:
Konsultasikan dengan dokter sebelum Anda mengonsumsi obat-obatan herbal dan pastikan Anda tahu darimana asal obat tersebut.
7. Vitamin tak terbukti menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung
Pil
omega-3 dan antioksidan tak bisa menurunkan risiko kanker dan penyakit
jantung, meskipun banyak orang yang berpikir begitu. Studi terbaru tak
hanya meragukan efektivitas suplemen pelindung ini tetapi menduga
suplemen ini justru bisa meningkatkan risikonya.
Consumer Reports mencantumkan sebuah studi pada bulan Juni 2012 dalam New England Journal of Medicine
yang mengamati 12.500 penderita diabetes dan berisiko terkena serangan
jantung dan stroke. Studi ini menemukan bahwa tak ada perbedaan tingkat
kematian akibat penyakit kardiovaskular diantara orang yang mengonsumsi
omega-3 ataupun plasebo.
Begitu pula dengan antioksidan yang biasa ditemukan dalam suplemen vitamin A, C dan E. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute
tak menemukan manfaat perlindungan melawan risiko kanker prostat atau
gastrointestinal dari penggunaan antioksidan tersebut. Sebaliknya,
peneliti mengatakan, "Sejumlah percobaan klinis menunjukkan bahwa
beberapa antioksidan ini justru meningkatkan risiko kanker."
Solusi:
American
Heart Association menyatakan bahwa masih ada saja penderita penyakit
arteri koroner yang berkonsultasi dengan dokternya tentang pemberian
suplemen omega-3. Padahal asupan omega-3 bisa didapatkan dari makan
makanan yang mengandung lemak ikan sedikitnya dua kali seminggu. Namun
jika Anda ingin mengurangi risiko kanker, Consumer Reports menyarankan
agar Anda berhenti minum suplemen antioksidan, minum alkohol dan membuat
pola makan yang sehat.
8. Tersedak dan iritasi kerongkongan
Dari data FDA, Consumer Reports menemukan lebih dari 900 kasus tersedak suplemen selama lebih dari lima tahun.
Meski
risikonya kecil, Dr. Joe Blumin dari American Academy of
Otolayrngology-Head and Neck Surgery mengatakan bahwa tersedak merupakan
kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera.
Blumin
juga mengatakan bahwa pil-pil tersebut bisa mengiritasi kerongkongan
dan menyebabkan kejang sehingga pilnya akan mentok dan memberikan
sensasi seperti tersedak.
Solusi:
"Terkadang yang Anda perlukan hanyalah menelannya sekali lagi atau minum air yang banyak untuk menurunkan pilnya," ujar Blumin.
Namun
sebenarnya bagaimana cara terbaik yang bisa digunakan untuk memastikan
vitamin masuk ke tubuh dengan benar? Sebelum meminum pilnya, lembabkan
mulut dan tenggorokan Anda dengan air. Lalu tempatkan pilnya di ujung
lidah, sruput sedikit air, dongakkan kepala ke belakang dan telan pil
tersebut. Minumlah air sisanya untuk membantu mendorong pil turun. Jika
Anda sering bermasalah saat menelan pil, konsultasikan dengan dokter
THT.
9. Produk alami mungkin ada baiknya tapi itu belum tentu
Meski
pada kemasan vitamin Anda tertera label 'organik' tapi tidak menutup
kemungkinan obat ini juga telah dibuat di sebuah laboratorium.
FDA
juga menyatakan bahwa ada sejumlah produk yang hanya mengandung tiruan
sintetis dari obat herbal yang bahkan tidak bisa dikualifikasi sebagai
suplemen diet sama sekali.
Solusi:
Jika Anda memilih untuk
mengonsumsi vitamin, obat herbal atau suplemen lainnya, carilah tanda
'USP Verivied' yang berarti suplemen ini memenuhi standar kualitas,
kemurnian dan potensinya.
10. Mungkin Anda tak butuh suplemen sama sekali
Banyak nutrisi yang bisa didapatkan dengan mudah lewat alam dan Anda tak perlu sebuah label untuk membuktikannya.
Vitamin
A ditemukan pada telur, hati dan susu namun bahkan seorang vegetarian
pun bisa memperoleh dosis harian dari lima porsi sayuran berdaun hijau
serta buah-buahan berwarna kuning dan oranye. Vitamin B juga bisa
diperoleh dari produk makanan turunan hewan (meski begitu wanita hamil
atau mencoba untuk hamil masih ingin mempertimbangkan penggunaan asam
folat untuk membantu mencegah cacat lahir).
Vitamin C tak
terbukti mencegah influenza dan terlalu banyak vitamin C justru
berbahaya bagi orang-orang yang mengidap hemokromatosis, sebuah kondisi
dimana tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak zat besi. Makanan
yang kaya akan vitamin D seperti lemak ikan, telur dan produk susu
biasanya juga diperkaya dengan vitamin sehingga Anda tak memerlukan
suplemen.
Yang perlu diingat adalah banyak studi yang mengaku tak
menemukan bukti bahwa multivitamin dapat meningkatkan kesehatan
individu.
Solusi:
Jika pola makan Anda sudah mengandung
komposisi seperti buah-buahan, sayuran, sereal, susu dan protein maka
Anda takkan mendapatkan manfaat tambahan jika mengonsumsi vitamin
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar