DEFINISI GANGGUAN
Masalah
masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak dan remaja
merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal
pada anak –anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu
dan takut pada sesuatu hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa
wajar bila itu yang mengalami pada anak anak namun akan tidak wajar bila
itu yang mengalami seseorang yang telah dewasa. Keyakinan keyakinan
budaya membantu menentukan apakah orang – orang melihat perilaku
tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang – orang yang hanya
mendasarkan pada normalitas pada standart yang berlaku pada budaya
mereka saja akan beresiko menjadi etnocentris ketika mereka memandang
tingkah laku orang lain dalam budaya yang berbeda sebagai abnormal.
Perilaku abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi orang tua
mereka yang dipandang dari kacamata budaya tertentu.
Gangguan perkembangan pada masa perkembangan anak dan remaja dapat didefinisikan sebagai
2. KLASIFIKASI GANGGUAN
a. Gangguan Perkembangan Pervasif
Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
Gangguan ini terdiri dari :
· Autisme
Adalah
kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia,
percaya bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri.
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997).
Gejala-gejalanya meliputi kurangnya respon terhadap orang lain, menarik
diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan
seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan
kepala.
· Reterdasi Mental
Muncul
sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan fungsi
intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah
70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi
atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup
sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan
diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
· Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan
dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan
fungsional pada bidang-bidang dan mempengaruhi tahap perkembangan
selanjutnya, seperti :
Ø Gangguan belajar, ditandai dengan :
ü Gangguan menulis
Keterbatasan
kemampuan menulis sehingga muncul dalam bentuk kesalahan memgeja,
kesulitan membentuk kalimat. Muncul pada usia 7 tahun
ü Gangguan membaca
Keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan memahami rangakaian kata –kata. Biasanya tampak pada usia 7 tahun
ü Gangguan matematika
Keterbatasan kemampuan anak dalam memahami istilah matematika.
Ø Gangguan Komunikasi, ditandai dengan :
ü Gangguan bahasa ekspresif
Keterbatasan dalam menggunakan bahasa verbal
ü Gangguan bahasa campuran reseptif atau ekspresif
Keterbatasan anak dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal
ü Gangguan fonologis
Kesulitan dalam artikulasi suara tanpa adanya kerusakan pada mekanisme berbicara
ü Gagap
Ganggauan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat
b. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disruptif
· ADHD ( Atttention deficit hyperactivity disorder)
Dicirikan
dengan tingkat gangguan perhatian yang rendah,(sulit berkonsentrasi)
impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua
tempat (mis., di sekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun
(DSM IV, 1994).
· Conduct Disorder (CD )
Adalah
munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari
aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua
tidak mengajarkan perilaku benar dan salah pada anak. Ciri - cirinya,
apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun
secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang akan
merugikan orang lain.
· Oppositional defiant disorder ( ODD )
Perilaku
dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi,
kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan
minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan ini
tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam
gangguan perilaku.
c. Kecemasan dan Depresi
Gangguan
kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif,
gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan
remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan
kecemasan akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang
ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat
dengannya seperti orang tua, saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa
mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi
perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi.
Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang
dewasa, mereka memiliki perasaan tidak berdaya,kecenderungan untuk
menyalahkan diri sendiri. Namun depresi pada anak tidak nampak nyata
bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi pada anak antara
lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau pisah dengan
orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan gangguan
lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang
berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa
dewasa.
d. Gangguan Eliminisi
Adalah
gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat
mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah
mencapai usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua
yaitu:
· Enuresis
Adalah
dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari
kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya
dangan mengompol.
· Enkopresis
Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.
3. PENYEBAB GANGGUAN
Belum
ada penyebab tunggal pada gangguan perkembangan anak dan remaja.
Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan
faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks yang menjadi penyebab
gangguan perkembangan anak dan remaja.
1. Faktor-faktor psikobiologik.
Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
· Riwayat
genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme,
skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan
gangguan ansietas atau kecemasan.
· Struktur
otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas
struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita
autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
· Pengaruh
pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya
perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan
zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang
berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan
dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan yang
sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan
gangguan perkembangan saraf lainnya.
· Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2. Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :
· Penganiayaan
anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal,
perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri).
Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan
berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod,
1998).
· Disfungsi
sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak,
komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak
baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.
3. Faktor lingkungan.
Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi penyebab utama pula, seperti :
· Kemiskinan.
Perawatan
pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh
buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
· Tunawisma.
Anak-anak
tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi
perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan
adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan
perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila
dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
· Budaya keluarga.
Perilaku
orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat
mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah
psikologik.
4. PENANGANAN
Beberapa terapi atau perawatan gangguan perkembangan anak dan remaja antara lain:
a) Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed care.
Yaitu dengan cara-cara yaitu :
· Pencegahan primer
melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan
pranatal awal, program penanganan dini bagi orang tua dengan faktor
resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi
anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada
orang tua dari anak-anak ini.
· Pencegahan sekunder
dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami
kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera
dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program
bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan
intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik,
konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
· Dukungan terapeutik
bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain,
dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu
berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan
perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan
metode koping.
· Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga.
Penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan
yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi
dari semua anggota keluarga.
b) Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.
· Unit
khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit
jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang
tidak sembuh dengan metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko
tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
· Program
hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di
tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak
yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan
perilaku disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan
bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak
efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang
restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik,
menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya
perilaku.
c) Farmakoterapi.
Medikasi
digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik
digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena
memiliki efek samping yang beragam. Pemberian metode ini berdasarkan :
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter
pada anak-anak dapat mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik,
mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan
trisiklik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar