“heii...duduk sesuai kelompok !!” seru joni si ketua kelas yang baru masuk kelas sambil membawa setumpuk photocopian.
bel masuk baru saja berbunyi, dan aku menegang saat itu juga. ahh.. aku
benci keadaan ini, jantungku mulai berdebar tak karuan. dan sedetik
kemudian debaran itu semakin kencang begitu seseorang yang aku maksud di
awal muncul dari balik pintu. Reza berjalan pelan dengan senyum yang...
‘ya tuhannn.. manis banget !! aku tersentak mendengar jeritan hatiku
barusan, tak bisa kuhindari bayangan Rama pun berkelebat di otakku. tidak-tidak tanpa sadar aku menggeleng cepat
“kenapa
?” aku tersadar dari pikiranku, suara halus itu. yaa.. cowok itu sudah
berdiri di sisi mejaku, menatapku dengan heran “aku nggak boleh duduk di
sini ?”
“hah
?” aku melongok “enggak-enggak, duduk aja kali” aku pura-pura sibuk
mengeluarkan buku-bukuku, tak berani menatapnya yang mungkin juga sedang
menatapku. fiuhhh... aku terlalu GR, ternyata dia sedang sibuk dengan
dunianya, memutar-mutar benda kubus warna-warni yang entah siapa
memberinya nama rubik.
****
Tugas kelompok yang tak habis-habisnya juga memaksaku harus banyak menghabiskan waktu dengan Reza,
ehh... meski nggak berdua sih, masih ada yang lainnya juga. akupun tak
menyadari kalau aku hampir saja melupakan seseorang yang tak semestinya
aku lupakan. Rama, siang ini ia bela-belain izin pulang cepet dan
menungguku di gerbang sekolah. ia memohon kepadaku untuk tidak ikut
kerja kelompok siang ini saja. bahkan ia bersikeras untuk memintakkan
aku izin kepada Riyan ketua kelompokku.
“ayolah Sil..siang
ini aja, janji !!” Rama menatapku dengan tatapan memelas. ya tuhann..
jahatnya aku, sampai-sampai pacarku sendiripun harus memohon untuk
waktuku. sesibuk itukah aku sampai-sampai aku melupakan cowok ini ?.
mata elang itu masih menatapku, aku makin nelangsa saja dibuatnya.
“oke..” aku mengangguk “ntar aku minta izin sama Riyan” senyum Rama pun langsung sumbringah.
*****
Reza meraih tanganku, sudah dari beberapa detik yang lalu ia berjongkok
di depanku. dan seperti biasa jantungku bergemuruh ria. aku hanya
berharap Reza sama sekali tak mendengarnya
“mau nggak jadi cewek gw ?” ucapnya lirih
DEG...!!
aku kaget luar biasa, mataku terbelalak sementara mulutku ternganga.
benarkah yang kudengar barusan ? Reza menyatakan cinta padaku ? jadi...
selama ini Reza juga merasakan hal yang sama seperti aku ? aku sama
sekali tak mempercayai ini. lagi-lagi bayangan Rama berkelebat di otakkku. Aku pasti akan mengatakan ‘Kamu serius ?’ kalau saja sebuah suara melengking hebat memanggil namaku
“SILVIAAA.....!!!” aku terperanjat mendengar seruan keras tersebut. hah ? Riyan ? kok riyan dan yang lainnya ada di sini ? gawat.. apa mereka liat kejadian barusan ? mampus deh gw
“Di dalam naskah, nggak ada adegan melongok-melongok begok kayak gitu dehh...” omel Riyan kesal, sambil mengacung-acungkan gulungan naskah
fiiuhhh....tanpa
sadar aku menghela nafas berat dan panjang, ternyata hanya bhongan,
hanya acting !! ada sepercik kekecewaan yang masuk ke relung hatiku.
bodohnya aku.. sampai-sampai aku tak sadar kalau detik ini aku sedang
latihan dRama “sory...sory...aku lupa dialognya” kilahku sambil menyeringai lebar menyambut tatapan gemas Riyan, Dina, Sofi, Wulan
terutama Reza. sumpah deh.. aku nggak bisa ngebayangin gimana konyolnya
ekspresiku beberapa detik yg lalu.. fiuhh lagi-lagi aku menghela nafas.
****
“jadi udah selesai nih ?” tanya Rama lirih, tapi tetap dengan senyuman.
pekerjaan kelompokku sudah selesai 2 minggu yang lalu, tapi aku baru
punya waktu buat Rama siang ini.
“iya, maaf ya aku baru punya waktu sekarang” aku menatap Rama lekat-lekat. Oh.. tuhan, betapa baik dan pengertiannya cowok ini, ia begitu mengerti keadaanku.
“nggak apa-apa kok, dulu.. aku waktu baru-baru SMA juga kayak gitu” Rama
tersenyum lebar “oh iya, nihh.. hampir aja lupa” ujarnya lagi, sambil
menyodorkan kantong plastik putih “aku beliin 2 lusin sekalian, pasti
kamu belum pernah sempet beli”
tuhh...
betul kan ? Rama emang pacar yang baik, perhatian lagi !! buktinya
cowok ini tau, kalo aku lagi pengen banget makan kue yang di tengahnya
bolong ini.
“Asyiiikkk...!!” seruku senang, aku lalu meraih satu buah Donat yg berlapis chochocrunch renyah. dan dalam hitungan detik Donat itu lenyap. hmmm... yummyy...
“enak ya Sil ?” tanya Rama
yang memperhatikanku yang makan dengan lahap, aku mengangguk cepat. di
depan Rama, aku memang nggak pernah jaim. tapi anehnya, Rama nggak
pernah ilfeel sama aku. makanya itu, Rama perfect banget deh jadi
cowok. tapi ya itu masalahnya.. aku susah banget menyangkal, kalo
setengah hatiku sudah dicuri cowok lain,,, aku harus gimana ?? aku
benar-benar dilema.
****
Dony menatapku dengan kening berkerut, entah apa yang ada di pikirannya
sampai-sampai mimik mukanya seserius itu. yang jelas itu tentang aku
dan masalahku. sore ini aku sengaja datang ke rumah Dony sahabatku
yang selama ini selalu setia mendengarkan semua curhatanku. tak jauh
berbeda, aku juga menatapnya bingung, menunggu nasihat yang akan keluar
dari mulutnya.
“kamu harus bisa ngelenyapin perasaan itu Sil..” akhirnya kata-kata itu yang keluar. aku langsung melongos “aku tau Don, aku juga pengen. tapi gimana caranya ?”
Dony
menarik nafas “sebisa mungkin kamu jauhin Reza, gimana mungkin kamu
bisa ngelupain Reza kalau setiap hari kamu sebangku sama dia” aku
tertegun mendengar ucapan Dony, yaa.. semenjak satu kelompok, mendadak
Reza memang jadi teman sebangkuku. “tapii...” ucapku menggantung
“mulai
besok, kamu duduk bareng aku aja. biar Reza nggak ada alasan buat duduk
sama kamu” lagi-lagi aku tertegun, Dony seolah bisa membaca pikiranku,
kata-katanya barusan menjawab pertanyaan yg belum sempat aku lontarkan.
“mau nggak ?” Dony menunggu jawabanku. yahh.. mungkin memang ini yang
terbaik, aku mengangguk samar “iya, makasi ya Don..”
“sama-sama”
Dony menepuk pundakku pelan “yuuk ah..aku antar pulang, udah mau malem
nih” aku beranjak dari dudukku dan mengekor di belakangnya.
****
3 minggu sudah berlalu sejak aku memutuskan untuk menjauhi Reza. sebisa
mungkin selama di sekolah Dony selalu jadi pengawalku, meski berlebihan
memang begitulah kenyataannya. Reza sendiri tak merasa aneh dengan
sikapku yang akhir-akhir ini menjauhinya, dan ia juga tanpak biasa-biasa
saja. kini selama aku duduk dengan Dony, ia lebih sering duduk dengan Sofi atau enggak Wulan. meski samar aku bisa memlihat perlakuan Reza terhadap Sofi,
wulan dan cewek-cewek lain di kelasku tak ada bedanya dengan perlakuan
Reza padaku. jadi selama ini aku saja yang terlalu berlebihan menganggap
Reza memperlakukanku secara spesial, Reza memang baik dan dia baik pada
semua orang tak terkecuali padaku. dan itulah bodohnya aku, mengapa aku
baru menyadarinya sekarang ?
“heyy....heyy...”
Reza melambai-lambaikan tangannya di depan mukaku, aku tentu saja
kaget. ternyata tanpa sadar dari tadi aku sedang memperhatikan Reza.
hari ini Dony tidak masuk, katanya sih sakit, jadi aku nggak punya alasan deh untuk nolak waktu Reza ingin duduk di bangku sebelahku.
“aku taulah aku cakep, tapi nggak usah ngeliatin aku kayak gitu deh” canda Reza narsis
“hah ? ngeliatin kamu ? hueekk” aku pura-pur muntah “nggak banget deh” elakku. Padahal aku memang memperhatikannya hue hue..
Reza
tertawa renyah melihat tingkahku, huh.. 3 minggu ya aku nggak pernah
bercanda kayak gini sama ni cowok ? aku menarik nafas pelan, sambil
kembali sibuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket. tapi baru
saja aku menjawab satu soal, aku menyadari suatu hal... ternyata dari
tadi aku duduk dengan Reza, aku sama sekali tak merasakan perasaan itu
lagi. jantungku tidak berdebar-debar lagi kayak seperti kemaren-kemaren,
yahhh apa perasaan itu hilang ?? apapun itu saat ini aku sangat senang.
dan kalian tau, siapa yang ada di pikiranku saat ini ?? yup Rama..
****
“cepetan Dong Ramm..”
aku berseru sambil berlari-lari kecil menghampiri deburan ombak yang
tanpak tenang. Rama menyusulku setelah memarkir motornya di bawah salah
satu pohon rindang di pinggir pantai.
2
bulan waktu yang cukup lama untuk meyakinkanku bahwa perasaanku pada
Reza benar-benar sudah hilang, bahkan mungkin sebenarnya perasaan itu
memang tak ada, tapi hanya aku saja yang menganggapnya ada.
“kamu
kok tumben sih ngajak aku ke pantai ?” tanya Rama begitu duduk di
sampingku. aku memejamkan mataku sejenak, kubiarkan angin pantai menerpa
wajahku, kupenuhi paru-paruku dengan udara lalu menghembuskannya
bersamaan dengan terbukanya mataku.
“kamu ingat hari ini hari apa ?” tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari hamparan laut tiada batas di depanku.
“emang hari apa ?” Rama mengikuti arah pandangku “hari minggu kan ? masak lupa”aku tertawa lirih, aku tau Rama hanya bercanda dengan pura-pura lupa “hari ini kan tepat satu tahun kita jadian”
“oh
ya ?” Rama pura-pura kaget lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu
tersenyum penuh arti “tentu saja aku ingat” Rama lalu mengeluarkan
sesuatu dari saku celananya “dan ini hadiah buat kamu” wow seuntai kalung.. tentu saja Rama ingat. bahkan ia sempat memberikan aku hadiah. sedangkan aku ? kalau saja tadi pagi Dony tak mengucapkan ‘Happy 1st Anniversary’ aku pasti sudah lupa. thanksss Donn... ucapku dalam hati.
“udahh... gimana ? suka nggak ?” tanya Rama begitu selesai menyematkan kalung itu di leherku
“mm... suka banget, thankss ya” lalu aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal “umm.. tapi, maaf ya Ramm.. aku nggak sempet beliin kamu sesuatu” ucapku penuh penyesalan
“hahhaha.. nggak apa-apa lagi Sill, aku kan nggak lagi ultah” ucapnya sambil tertawa
“tapi kann...”
“udahlahh...
photoan yuukkk !!” ajaknya seraya berdiri, diulurkannya tangannya untuk
membantuku berdiri, “minta bantuan siapa yaaa ?” aku celingak-celinguk
mencari seseorang yang mungkin mau jadi sukarelawan
“paaakkk....!!” aku melambaikan tanganku pada seorang bapak yang sedang berlari-lari sore
“iya ?” bapak itu menghampiri
“bisa
minta tolong photoin kami berdua nggak pak ?” pinta Rama sopan. dan
bapak itupun dengan senang hati menerima uluran kamera dari Rama.
setelah aku dan Rama memasang pose sekeren mungkin, bapak itu mulai
menghitung bak photografer profesional “yakk... satu...duaaa....”
KLIK... dan moment itupun terabadikan untuk selamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar